NARASIKEPRI.com, Washington D.C. – Presiden Amerika Serikat, Donald J. Trump, kembali melontarkan kritik tajam terhadap kebijakan ekonomi nasional, khususnya terhadap Gubernur Bank Sentral AS (The Federal Reserve), Jerome Powell. Trump menuduh Powell sebagai penyebab utama stagnasi ekonomi saat ini karena menahan penurunan suku bunga acuan yang dinilainya penting untuk mendorong pertumbuhan.
Baca Juga: Kanada Keluarkan Peringatan Perjalanan untuk Panama Akibat Kerusuhan dan Tingginya Kriminalitas
Dalam pernyataan publik yang disampaikan dalam sebuah wawancara politik di Florida, Trump menilai bahwa langkah The Fed mempertahankan suku bunga tinggi justru memperberat beban pelaku usaha, memperlambat laju investasi, dan menghambat daya beli masyarakat. Trump menyebut keputusan itu sebagai “salah langkah besar” yang berdampak pada kelesuan pasar properti dan industri manufaktur di beberapa negara bagian.
Trump menuding bahwa keputusan Powell untuk tidak segera menurunkan suku bunga adalah tindakan yang melemahkan pemulihan ekonomi AS, terutama di tengah tekanan inflasi global dan ketidakpastian geopolitik. Ia bahkan secara terbuka mengancam akan mengganti posisi Jerome Powell jika dirinya terpilih kembali dalam pemilu mendatang.
Pihak yang terlibat langsung dalam kontroversi ini adalah Donald Trump, yang saat ini sedang dalam masa kampanye menjelang Pilpres AS 2024-2025, dan Jerome Powell, Gubernur The Fed yang menjabat sejak 2018 dan telah melalui dua pemerintahan berbeda.
Komentar keras ini dilontarkan Trump pada pertengahan Juni 2025 dalam wawancara eksklusif di Miami, Florida, dan langsung menjadi perbincangan hangat di kalangan pelaku pasar dan politisi di Washington.
Isu suku bunga menjadi sangat strategis karena berdampak langsung pada biaya pinjaman, konsumsi masyarakat, inflasi, dan investasi. Serangan Trump terhadap The Fed juga menghidupkan kembali perdebatan lama tentang independensi bank sentral dan sejauh mana otoritas eksekutif boleh mencampuri kebijakan moneter.
Menanggapi kritikan Trump, sejumlah ekonom dan mantan pejabat keuangan menilai bahwa Powell bertindak hati-hati dan berbasis data dalam menjaga keseimbangan antara inflasi dan pertumbuhan. Namun, pasar keuangan sempat menunjukkan gejolak kecil akibat spekulasi bahwa tekanan politik terhadap The Fed akan kembali meningkat jika Trump memenangkan pemilu.
The Fed sendiri belum memberikan respons resmi terhadap pernyataan Trump. Namun lembaga tersebut sebelumnya sudah menegaskan bahwa kebijakan moneter akan tetap dijalankan berdasarkan data ekonomi makro dan bukan tekanan politik.
(B.Rexxa)