spot_img

Thailand dan Kamboja Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Usai Konflik Berdarah di Perbatasan

Tuesday, July 29, 2025

Wajib dibaca

NarasiKepri.com, Batam — Dua negara bertetangga di Asia Tenggara, Thailand dan Kamboja, secara resmi menyatakan kesepakatan gencatan senjata pada hari ini, 29 Juli 2025, setelah ketegangan bersenjata di wilayah perbatasan menelan puluhan korban jiwa dan menyebabkan eksodus massal ratusan ribu warga sipil ke wilayah yang lebih aman.

Baca Juga: Sengketa Perbatasan Thailand-Kamboja: Warisan Peta Kolonial yang Masih Menyisakan Konflik

Apa yang Terjadi?

Konflik perbatasan yang memanas dalam beberapa minggu terakhir berujung pada pertempuran terbuka antara militer Thailand dan Kamboja. Wilayah yang menjadi sumber sengketa kembali memanas setelah insiden tembak-menembak dilaporkan di beberapa titik strategis yang belum memiliki batas jelas secara hukum internasional.

Ketegangan yang awalnya hanya berupa saling klaim wilayah dan patroli bersenjata, berubah menjadi konfrontasi militer yang mengakibatkan kerusakan infrastruktur, kematian warga sipil dan tentara, serta pengungsian besar-besaran dari desa-desa sekitar zona konflik.

Siapa yang Terlibat?

Pihak yang terlibat langsung adalah militer Thailand dan Kamboja. Namun, ASEAN turut mengambil peran sebagai mediator dalam proses diplomatik yang berlangsung cepat, menyusul desakan dari masyarakat internasional agar kekerasan segera dihentikan.

Negara-negara seperti Indonesia, Singapura, dan Vietnam juga menyuarakan keprihatinan mendalam dan menyerukan penyelesaian damai melalui dialog.

Kapan dan Dimana Kesepakatan Dicapai?

Kesepakatan gencatan senjata diumumkan pada Selasa pagi, 29 Juli 2025, dalam pertemuan darurat yang diselenggarakan secara tertutup di Phnom Penh, ibu kota Kamboja. Delegasi Thailand hadir langsung dalam proses negosiasi, didampingi pengamat dari ASEAN dan PBB.

Mengapa Gencatan Senjata Diperlukan?

Situasi keamanan yang memburuk secara cepat mendorong kedua negara untuk segera mencari jalan keluar. Laporan dari lembaga kemanusiaan menunjukkan lebih dari 200.000 warga sipil terpaksa mengungsi, dan jumlah korban jiwa telah mencapai lebih dari 50 orang, termasuk warga sipil dan personel militer.

Baca Juga :  Keji! Israel Kubur Hidup-hidup Pengungsi Palestina: Temuan 3 Kuburan Massal di Gaza

Kondisi ini memunculkan tekanan kuat dari dalam negeri masing-masing dan dari komunitas internasional agar konflik segera dihentikan untuk mencegah bencana kemanusiaan yang lebih luas.

Apa Langkah Selanjutnya?

Dalam poin-poin awal perjanjian, kedua negara sepakat untuk:

  1. Menarik pasukan dari zona bentrokan.
  2. Mendirikan zona demiliterisasi sementara di bawah pengawasan ASEAN.
  3. Melanjutkan dialog diplomatik dalam dua minggu ke depan untuk menyusun perjanjian perbatasan jangka panjang.
  4. Memfasilitasi kembalinya warga yang mengungsi dan memberikan bantuan kemanusiaan melalui jalur bersama.

Kesimpulan:

Gencatan senjata ini menjadi momen penting dalam meredakan ketegangan antara Thailand dan Kamboja. Namun, penyelesaian konflik secara menyeluruh masih memerlukan komitmen jangka panjang dari kedua belah pihak serta dukungan penuh dari lembaga regional dan internasional.

(B.Rexxa)

Lebih Banyak Artikel

- Advertisement -spot_img

Artikel Terbaru