spot_img

Sri Mulyani: Stabilitas Rupiah Didukung Aliran Modal, Kebijakan DHE, dan Kepercayaan Investor

Tuesday, July 29, 2025

Wajib dibaca

NarasiKepri.com, Jakarta — Menteri Keuangan Republik Indonesia, Sri Mulyani Indrawati, menyatakan bahwa tren penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat merupakan hasil kombinasi berbagai faktor strategis yang saling mendukung. Di antaranya adalah masuknya aliran modal asing, persepsi positif investor global terhadap fondasi ekonomi Indonesia, serta implementasi kebijakan Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA).

Baca Juga: Wali Kota Amsakar: PKK Adalah Pilar Keluarga, Garda Terdepan Cegah Narkoba dan Stunting

Pernyataan tersebut disampaikan oleh Sri Mulyani dalam keterangan resminya, Senin (28/7/2025), dan dilansir oleh Antaranews.

“Penguatan rupiah ditopang oleh keberlanjutan aliran modal masuk serta meningkatnya kepercayaan investor terhadap ketahanan ekonomi nasional. Selain itu, kebijakan konversi valas hasil ekspor ke rupiah turut memberi dorongan positif,” ujar Menkeu.

Nilai tukar rupiah menunjukkan tren penguatan setelah sempat tertekan oleh gejolak ekonomi global pada kuartal II tahun ini. Rupiah tercatat menguat signifikan dari Rp16.865 per dolar AS pada April 2025 menjadi Rp16.235 per dolar AS per 30 Juni 2025. Posisi rupiah kemudian relatif stabil di kisaran Rp16.315 per dolar per 25 Juli 2025.

Pernyataan ini disampaikan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani dan didukung oleh langkah-langkah strategis Bank Indonesia (BI). Sementara itu, analis dari Doo Financial Futures, Lukman Leong, juga menambahkan pandangannya terkait dinamika pasar valuta asing global.

Data dan pernyataan resmi disampaikan pada 28 Juli 2025 di Jakarta, merujuk pada perkembangan nilai tukar dalam beberapa bulan terakhir di pasar valuta asing, termasuk di pasar offshore Non-Deliverable Forward (NDF).

Penguatan rupiah tidak terjadi secara tiba-tiba. Sejumlah faktor mendasarinya:

  1. Kebijakan BI yang konsisten menjaga stabilitas nilai tukar melalui intervensi pasar valas termasuk di sektor NDF.
  2. Penerapan kebijakan DHE SDA, yang mendorong eksportir menukarkan devisa ke rupiah, menciptakan pasokan valas dalam negeri yang lebih stabil.
  3. Masuknya aliran modal asing ke pasar finansial Indonesia, yang menandakan kepercayaan terhadap stabilitas ekonomi nasional.
  4. Persepsi positif investor, terutama setelah risiko geopolitik mereda dan neraca perdagangan tetap surplus.
Baca Juga :  Penutupan Lapangan Golf di Singapura Buka Peluang Besar bagi Batam: Ada 50.000 Pegolf Singapura

Meskipun tren penguatan terus berlangsung, Sri Mulyani mengingatkan bahwa kondisi global tetap penuh ketidakpastian. Ke depan, komitmen Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai tukar akan menjadi faktor kunci.

Sementara itu, Lukman Leong dari Doo Financial Futures menilai potensi penguatan rupiah tetap ada, namun bisa terbatas. Hal ini dipengaruhi oleh ekspektasi pasar terhadap pernyataan kebijakan moneter The Fed dalam pertemuan FOMC mendatang, yang kemungkinan akan bersikap hawkish dan menahan pemangkasan suku bunga.

“Rupiah bisa terus menguat bila sentimen global membaik. Tapi jika The Fed kembali agresif terkait inflasi, maka potensi pelemahan bisa muncul kembali,” jelas Lukman.

Situasi nilai tukar rupiah di tahun 2025 menggambarkan resiliensi ekonomi Indonesia di tengah tantangan global. Intervensi bijak dari Bank Indonesia, dukungan kebijakan fiskal dari Kementerian Keuangan, serta respons para eksportir terhadap DHE SDA menjadi pondasi utama dalam menjaga stabilitas nilai tukar nasional. Meski tekanan global masih ada, arah positif ini menunjukkan peluang menuju kestabilan ekonomi yang lebih kuat di masa depan.

(B.Rexxa)

Lebih Banyak Artikel

- Advertisement -spot_img

Artikel Terbaru