NARASIKEPRI.com, BATAM – Setiap tahun, dunia merayakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia pada tanggal 31 Mei. Inisiatif ini diperkenalkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 1987 dengan tujuan meningkatkan kesadaran tentang risiko kesehatan yang disebabkan oleh penggunaan tembakau dan produk terkait, serta mendorong langkah-langkah pencegahan untuk mengurangi konsumsi tembakau secara global.
Baca Juga: 193 Kasus HIV Baru Terdeteksi di Batam, Kelompok ini paling terdampak …

WHO Fokus Pada Taktik Manipulatif Industri Tembakau
Pada Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2025, WHO fokus pada taktik manipulatif industri tembakau dan nikotin yang menargetkan generasi muda. Tema tahun ini adalah “Unmasking the Appeal: Exposing Industry Tactics on Tobacco and Nicotine Products,” yang mengungkap cara industri tembakau menarik perhatian anak muda.
Salah satu metode yang digunakan adalah penambahan rasa buatan seperti buah dan mint ke dalam produk tembakau, yang membuatnya lebih menarik bagi pemula yang masih muda. Selain itu, produk tembakau dirancang agar terlihat seperti permen atau mainan, yang secara visual lebih menarik bagi anak-anak dan remaja.
Promosi digital menjadi salah satu strategi utama industri tembakau. Konten pemasaran untuk e-rokok, kantong nikotin, dan produk tembakau yang dipanaskan telah dilihat lebih dari 3,4 miliar kali di media sosial. WHO menekankan bahwa kemasan polos dapat mengurangi daya tarik produk tembakau terhadap anak muda.
Di Indonesia, WHO mengapresiasi langkah pemerintah melalui Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2024, yang mencakup peningkatan batas usia minimum untuk membeli tembakau, rokok elektronik, dan produk nikotin lainnya menjadi 21 tahun, larangan penjualan rokok ecer per batang, syarat peringatan kesehatan bergambar yang mencakup 50% kemasan, larangan penggunaan perisa dan zat aditif, serta larangan iklan tembakau di media sosial.
Data dari Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 menunjukkan bahwa 30,8% orang berusia 15 tahun atau lebih menggunakan tembakau, dengan angka penggunaan pada laki-laki sebanyak 57,9% dan pada perempuan 3,3%. Prevalensi penggunaan rokok elektronik juga meningkat, terutama di kalangan muda, dengan 7,5% orang usia 15–24 tahun menggunakan rokok elektronik.
(B.Rexxa)