Upaya Penyelamatan di Mandalay, Myanmar
NARASIKEPRI.com – Setelah gempa bumi berkekuatan 7,7 magnitudo mengguncang Mandalay, Myanmar, pada 28 Maret 2025, tim penyelamat terus berjuang mencari korban di bawah reruntuhan bangunan. Meskipun intensitas pencarian mulai berkurang, harapan untuk menemukan korban selamat semakin menipis. Banyak penduduk terpaksa tidur di ruang terbuka selama tiga malam berturut-turut akibat kehancuran tempat tinggal mereka. Hingga saat ini, dilaporkan lebih dari 2.000 orang tewas dan sekitar 3.900 lainnya terluka. Sebanyak 270 orang masih dinyatakan hilang. YouTube+3CNN
Tantangan Cuaca Ekstrem dalam Penyelamatan
Cuaca panas ekstrem dengan suhu mencapai 40 derajat Celsius memperburuk situasi di lokasi bencana. Kondisi ini menguras tenaga para pekerja penyelamat dan mempercepat proses pembusukan jenazah, sehingga menyulitkan identifikasi korban. Di salah satu insiden tragis, tim penyelamat di Mandalay berusaha menyelamatkan seorang wanita hamil yang terjebak di bawah puing selama lebih dari 55 jam. Meskipun upaya maksimal telah dilakukan, termasuk amputasi kaki untuk membebaskannya, wanita tersebut akhirnya meninggal dunia.
Perayaan Idulfitri di Tengah Duka

Pada 31 Maret 2025, umat Muslim di Mandalay berkumpul di dekat masjid yang hancur untuk melaksanakan salat Idulfitri, menandai berakhirnya bulan suci Ramadan. Di tengah duka dan kehancuran, pemakaman massal bagi ratusan korban juga dilaksanakan pada hari yang sama.
Dampak Gempa di Bangkok, Thailand
Gempa tersebut juga berdampak signifikan di Bangkok, Thailand, yang berjarak sekitar 1.000 kilometer dari episentrum. Sebuah gedung pencakar langit yang sedang dalam tahap konstruksi runtuh, menyebabkan setidaknya 18 orang tewas, 33 terluka, dan 78 lainnya masih hilang. Sebagian besar korban adalah pekerja konstruksi yang terperangkap di bawah puing-puing. Tim penyelamat bekerja tanpa henti menggunakan alat berat, anjing pelacak, dan drone pencitraan termal untuk mencari tanda-tanda kehidupan di lokasi kejadian.

Tantangan Bantuan Kemanusiaan dan Krisis Sekunder
Federasi Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional telah meluncurkan penggalangan dana darurat lebih dari USD 100 juta untuk membantu para korban. Kebutuhan mendesak terus meningkat setiap jamnya, terutama mengingat suhu yang semakin tinggi dan musim hujan yang mendekat, yang dapat memicu krisis sekunder. Myanmar, dengan populasi lebih dari 50 juta orang, menghadapi tantangan besar bahkan sebelum gempa terjadi, termasuk perang sipil yang telah berlangsung selama empat tahun sejak kudeta militer pada 2021.
Keterbatasan Akses dan Bantuan Internasional
Sebelum gempa, sekitar 3,5 juta orang telah mengungsi akibat konflik berkepanjangan, banyak di antaranya menghadapi ancaman kelaparan. Di Bangkok, hujan turun pada Senin pagi di lokasi konstruksi yang runtuh, menyulitkan upaya penyelamatan. Pihak berwenang Bangkok melaporkan bahwa sebagian besar korban hilang diyakini terperangkap di bawah puing-puing besar gedung pencakar langit tersebut. Tim penyelamat bekerja cepat menggunakan alat berat untuk membersihkan puing-puing, sementara keluarga korban menunggu dengan cemas di sekitar lokasi.
(B.Rexxa)